JAKARTA,detikpublik.Co.Id-Di balik gemuruh sejarah Indonesia modern, ada sosok prajurit yang namanya bergaung pelan namun tegas: Mayjen (Purn.) Syafrie Syamsuddin, seorang komando tempur yang tak hanya menguasai medan perang, tetapi juga medan diplomasi paling tegang sekalipun. Ketegasannya, kecepatannya mengambil keputusan, dan keberaniannya yang nyaris tanpa cela membuatnya dikenal sebagai salah satu perwira paling disegani pada zamannya.
Aksi Tegas di Glodok, 1998
Agustus 1998. Situasi Jakarta belum benar-benar pulih setelah tragedi kerusuhan besar. Ketika Presiden BJ Habibie mengunjungi kawasan Glodok, massa berkerumun penuh emosi dan antusias.
Di tengah suasana yang bisa berubah panas kapan saja, Pangdam Jaya Mayjen Syafrie Syamsuddin maju sendirian ke depan. Dengan tongkat komando di tangan, kedua tangannya terangkat satu isyarat kuat agar massa mundur.
Ajaibnya, massa langsung berhenti. Tak ada bentrok, tak ada kekacauan. Hanya satu perwira yang mampu mengendalikan ribuan orang dengan ketenangan dan wibawa: Syafrie.
New York, 1995: Saat Mossad Mengalah pada Komando Indonesia
Namun kisah yang paling melegenda datang tiga tahun sebelumnya, saat Presiden Soeharto bertemu PM Israel Yitzhak Rabin di Waldorf Towers, New York.
Ketika Rabin dan timnya datang lebih awal, pengawal Mossad mencoba melanggar prosedur keamanan standar Paspampres. Terjadi adu mulut, dan tiba-tiba pengawal Israel menodongkan Uzi ke perut Syafrie.
Kesalahan besar.
Dengan kecepatan petarung komando, Syafrie lebih dulu menempelkan moncong pistol ke perut agen Mossad itu. Tatapannya dingin, jarinya siap menarik pelatuk. Dalam hitungan detik, ruangan itu berubah menjadi medan duel dua pasukan elite dunia.
Pengawal Israel gemetar, lalu berkata lirih,
“Sorry… I understand it.”
Ia menurunkan senjatanya. Bahkan Yitzhak Rabin ikut cemas ketika melihat dua anggota Paspampres lain sudah menodongkan senjata dari belakang.
Akhirnya, PM Israel patuh: ia menunggu 15 menit sesuai prosedur Indonesia.
Pada hari itu, Mossad tunduk pada ketegasan Syafrie Syamsuddin.
Sang Komando Lapangan
Berasal dari Makassar dan lulusan terbaik AKABRI 1974, Syafrie adalah prajurit yang ditempa perang. Ia pernah bertempur di Timor Timur dan Aceh, menjadi komando para yang terbiasa menghadapi medan paling keras.
Sebelum di Paspampres, ia menjabat Danrem Surya Kencana Bogor. Setelah itu, ia menguasai Jakarta sebagai Kasdam Jaya hingga akhirnya menjadi Pangdam Jaya saat gelombang reformasi 1998. Tak ada sudut kota, tokoh masyarakat, ataupun dinamika sosial ibu kota yang tak ia kenali.
Karier Gemilang di Kementerian Pertahanan
Dengan pengalaman komandonya, Syafrie kemudian dipercaya membenahi Kementerian Pertahanan sebagai Sekjen Kemhan sejak 2005. Bintang kariernya terus meningkat hingga ia menjabat Wakil Menteri Pertahanan tahun 2010–2014.
Ia dikenal dekat dengan ulama, tokoh Betawi, komunitas Jakarta, dan berbagai elemen masyarakat. Seorang prajurit yang tetap membumi, meski pernah berhadapan langsung dengan agen Mossad dan ribuan massa sekaligus.
Sumber : Okezoom






